Senin, 18 Juli 2011

The Day You Want Away (POV Yuma Nakayama)

Love Me ?? Show Me ?? Tell Me ??

Hidupku sama seperti remaja pada umumnya. Namun aku adalah seorang entertain. Aku memiliki banyak teman dan sahabat. Terutama teman yang satu subgroub dengan aku yaitu ryosuke yamada dan yuri chinen. Aku dekat dengan mereka dan mereka begitu baik denganku.
Aku mulai merasakan satu rasa yang mungkin teman temanku pernah merasakan hal ini juga. Semua berawal dari pertemuanku dengan seorang gadis yang sederhana namun punya karismatik tersendiri. Hari itu aku dan chinen pergi bermain kerumah yamada.
“yo….yamachan….. rumahmu terlihat sepi sekali” chinen melihat-lihat keadaan di dalam rumah yamada.
“iya, tidak seperti biasanya” ucapku menyambung pembicaraan chinen.
“semua sedang pergi kerumah kerabat otosan. Awalnya aku harus ikut, tapi aku bilang akan main dengan kalian berdua dan yuto” ucap yamada sambil memberikan pudding kepada aku dan chinen.
Kami bertiga main game tanpa henti hingga waktu menunjukan pukul 11.30 dan waktu makan siang hampir tiba.
“yuto kemana? Bukan kah dia mau main dengan kita juga?” aku mulai bertanya karena yuto tak kunjung datang.
“iya…. Yamachan sudah hubungi dia?” ucap chinen sambil terus bermain.
“biar aku cek keberadaan dia sekarang” yamada bangun dari duduknya dan meraih telphone rumahnya.
Aku dan chinen masih asik melanjutkan permainan. Tak lama kemudian yamada datang.
“bagaimana? Jadi?” tanyaku.
“sebentar lagi dia akan tiba kok”
kami bertiga kembali bermain.
-teeettttt….teetttt…- bel rumah yamada berbunyi.
“itu pasti yuto-kun” chinen bangun dari duduknya.
“biar aku saja yang membukakan pintunya” aku beranjak dan menghentikan langkah kaki chinen.
Aku berjalan kearah pintu utama rumah yamada.
“yutoooooo…..” teriak ku. Namun yang aku lihat bukan lah yuto. “gomen…” ucapku kepada gadis yang berdiri tepat di depanku saat ini.
“daijyoubu” ucap gadis itu.
“yuma, siapa yang datang?” mungkin karena aku terlalu lama, yamada datang menghampiriku.
“hi…ryochan…” ucap gadis itu terhadap yamada.
Kurasa gadis ini sudah sangat dekat dengan yamada bahkan dia berani memanggil yamada dengan namanya.
“masuk michi, tapi mikha sedang tak ada dirumah” aku mengikuti langkah yamada dan gadis itu.
“daijyoubu, aku kesini karena disuruh mikha. Dia bilang teman-temanmu akan datang untuk main kerumahmu untuk itu aku disuruh membuatkan makan siang untuk kamu dan yang lain” ucap gadis itu memasuki dapur.
“oh… sampai lupa… yuma, itu michi yamashina sahabatku sejak SMP”
“nakayama yuma desu” gadis itu hanya tersenyum kecil padaku dan mulai membongkar dapur yamada.
“wah…..ada michi…. Lama tidak jumpa” chinen beranjak dari duduknya dan menemui gadis itu.
-teeettttt….teetttt…- bel rumah yamada kembali berbunyi dan kurasa kali ini benar yuto yang datang.
Chinen berlari menuju depan untuk membukakan pintu. Sementara yamada pergi kekamarnya untuk mengambil beberapa kaset game.

Gadis itu bernama Michi Yamashina. Aku mulai jatuh cinta dengannya saat pertama berjumpa dirumah yamada. Mulai saat itu aku beruhasa mendekatkan diriku kepadanya. Bahkan aku pindah sekolah untuk mengejar dia. Aku minta dipindahkan ketempat yamada dan michi bersekolah, bahkan aku minta agar bisa sekelas dengan mereka berdua. Dan semua terkabulkan.
Tak henti aku berusaha agar bisa dekat dan lebih dekat lagi dengan dirinya. Awalnya aku ingin minta bantuan dengan yamada namun aku masih takut untuk mengatakan aku suka dengan michi. Tak hentinya aku menatap michi yang selalu ceria didalam kelas.
“yuma… kamu suka dengan michi?” pertanyaan yamada membuatku kaget.
“iee….tidak….” aku berbohong.
“oh… kupikir”
aku memang tak berani mengungkapkan apa yang aku rasakan. Bahkan saat aku berada didekat michi. Mulutku terasa berat dan gugup.

            Hari itu langit begitu cerah dan pelajaran di kelas sedang kosong. Kelas sangat ribut dan gaduh, aku dan yamada pun turut serta di dalam kegaduhan kelas itu. Michi dan beberapa temannya beranjak dari tempat duduk mereka dan pergi keluar kelas. Aku pun pergi menjauhi keramaian dan mengikutinya.
“nakayama mau kemana?” tanya salah seorang temanku.
“mau ke kamar mandi” ucapku singkat dan pergi keluar kelas.
Aku melihat kemana arah mana michi dan temannya pergi, dan aku mengikuti mereka. Mereka memasuki ruang kesehatan. Dan aku hanya bisa menunggu mereka di luar saja.
20 menit kemuadian mereka keluar.
“iya, kurasa aku harus mulai diet”
“sepertinya aku juga begitu karena muka ku sudah terlihat bulat”
“hahahaha. Iya benar”
kudengar suara mereka mulai mendekat kerahku.
“hey….” Ucap ku singkat membuka pembicaraan di antara mereka.
“nande??” ucap salah satu diantara mereka.
“anoo….. bo…leh….aku…bica…ra denganmu…. Michi…..” ucapku dengan gugup.
“oh iya…. Kalian duluan saja…”
“okey michi…”
aku mengajak michi ke suatu ruangan yang tidak terlalu jauh dari kelas yaitu ruangan musik. Aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan.
“ada apa ? kenapa kita harus kesini?” tanyanya dengan raut wajah yang penasaran.
“aku mau bicara sesuatu dengan kamu” aku mempersilahkan dia duduk.
“……….” Dia hanya terdiam terpaku.
“michi…. Aku suka kamu” ucapku dengan rasa takut.
“eh?? Aku??” dia meresa bingung dan tanpa melanjutkan pembicaraan michi pergi meninggalkanku sendiri.
Aku benar-benar bingung dengan apa yang akan aku lakukan. Aku kembali kedalam kelas dan memandang michi yang kembali bercengkrama dengan teman-temannya.

Hari itu berlalu begitu cepat. Aku kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Pulang sekolah bersama dengan yamachan, chinen dan nakajima pergi ke tempat latihan jhonny entertain.
“eh yuma, wajahmu kenapa murung terus belakangan ini?” chinen menghilangkan lamunanku.
“iya, kami perhatikan kamu sedikit berubah. Apa ada hubungannya dengan kepindahanmu di sekolah kami?” nakajima melanjutkan pertanyaan.
“oh….tidak. aku hanya sedikit lelah saja. Hahaha. Daijyoubu…”
yamada bangun dari duduknya dan kembali latihan dengan para senpai dan junior lainnya. Sementara aku, chinen dan nakajima masih duduk santai.
“yumaaaaaaa….” Ucap chinen sambil menarik-narik bajuku.
“nande????” tanyaku penasaran.
Nakajima langsung mengubah posisi duduknya dan menatapku dengan tajam, chinen memberikan senyum devilnya kepadaku.
“kamu suka michi ya???” nakajima mulai berbisik.
“wahhhh…. Mukamu memerah….” Chinen teriak dan nakajima menutup mulutnya menggunakan tangannya karena dia tahu seisi ruangan mengamati kami.
“gomen minna~” ucap nakajima kepada semua orang yang ada di dalam ruangan latihan.
Kami kembali melanjutkan pembicaraan dengan serius.
“jadi benar apa yang di ucapkan yuto???”
“…….” Aku hanya terdiam.
“yuma……. Aku mau tahu…..” chinen mulai merengek.
“ha’I~” ucapku singkat.
“okay….. jadi sejak kapan kamu suka dengan dia?” nakajima kembali bertanya padaku.
“waktu pertama kali aku bertemu dirumah yamada”
“astaga…. Aku harap yamachan tidak mengetahuinya” ucap chinen.
“eh?? Doushite?” aku bingung dengan ucapan chinen.
“jadi michi dan yamachan 1 setengah tahun yang lalu punya hubungan khusus. Tepatnya saat di junior high school. Yamachan begitu sayang terhadap michi. Bahkan setelah mereka putus rasa sayang itu masih tetap ada. Dia gak pernah bisa jujur akan perasaan yang sebenarnya. Karena menurut dia, dia terlalu sering menyakiti michi tapi michi gak pernah marah terhadapnya.” Nakajima menjelaskan semuanya.
“iya, jadi yamachan sangat menjaga michi. Bahkan yamachan gak pernah mau lagi membuat michi terluka jadi dia memutuskan menjahui michi. Setiap ada yang dekat dengan michi, yamachan harus selalu tahu. Jadi lebih baik kamu bilang kepada dia” chinen melanjutkan.
“eh??? Jadi yamachan begitu sayang dengan michi??”
chinen dan nakajima hanya mengangguk.
“jangan bilang kalau kami yang memberitahu kamu ya yuma….”
“iya, bisa habis kami berdua jika yamachan tahu akan hal ini” ucap nakajima.
Setelah selesai latihan aku dan yang lain masuk kedalam mobil untuk diantar pulang. Aku masih memikirkan pembicaraanku dengan nakajima dan chinen. Apa yang harus aku lakukan sekarang aku masih bingung.
“yamachan, besok libur. Apakah kamu ada acara??” yabu memecahkan keheningan didalam mobil.
“mungkin hanya mengantar michi kerumah sakit. Ada apa?”
“kalau sudah selesai ikutlah pergi bersama kami semua” takaki menyambung.
“oh…iya….” Ucap yamada singkat.
àmichi sakit??? Sakit apa dirinya??? Sepertinya benar apa yang diucapkan chinen dan nakajima bahwa yamachan begitu sayang dengan michi. Apa aku salah jatuh cinta??? Apa aku akan merusak apa yang sudah mereka hadapi?? Tapi gak mungkin karena mereka sudah lama pisah……
Yamachan keluar dari mobil dan melambaikan tangannya. Dan kulihat michi membukakan pintu untuk yamachan.
“apa michi tinggal dirumah yamachan??” aku berbisik pada nakajima.
“tidak… tapi sehari sebelum kerumah sakit michi selalu bermalam dirumah yamachan”
aku hanya mengangguk.

            Aku masuk kedalam kamar dan meletakan tubuhku keatas ranjangku. “huft…” aku menghela nafas panjang dan kembali berpikir. Namun pikiranku begitu lelah untuk ku ajak berpikir. Mataku mulai terpejamkan dan aku mulai masuk kealam bawah sadarku.

            Hari ini aku berkumpul dengan para member B.I.Shadow & JUMP. Seperti biasa melepas rasa lelah untuk bersantai-santai dan bermain. Yamachan tak kunjung datang, aku semakin ingin tahu apa yang terjadi oleh michi sebenarnya. Sementara yang lain sedang asik berkaroke aku menarik chinen keluar dari ruangan karena dia yang duduk dekatku.
“eh??? Nande??”
“sudah ku traktir kamu ice cream…”
aku dan chinen berjalan ke toko ice cream yang tidak terlalu jauh dari tempat karoke. Kami memesan ice cream dan mulai menyantap ice cream.
“chinen…. Anoo…”
“iya, pasti mau tanya masalah michi,….”
“iya….. hahahaha. Kalau aku boleh tahu dia sakit apa?”
“sudah 3 bulan michi di vonis dokter terkena kangker stadium 4”
aku benar-benar kaget bahkan aku tak tahu apa yang harus aku katakan.
“bukan hanya kamu yang kaget. Bahkan semua member JUMP”
“member JUMP kenal dengan michi??”
“iya, semua….. karena michi dulu sering membuatkan makanan setiap kami latihan” chinen terus menyantap ice creamnya.
“ayo kita kembali. Aku takut yabu mencari kita”
chinen mempercepat makannya.
Aku dan chinen kembali ketempat karoke. Dan kulihat yamachan sudah ikut dalam keramaian.
“darimana kamu chinen?” ryuu bertanya.
“hahahaha. Makan ice cream….”
“wahhhh…. Aku gak diajakkkkk…”
chinen dan ryuu kembali perang hanya karena ice cream.

            2 hari setelah aku mengetahui hal tersebut aku memberanikan diri untuk menemui michi. Aku menjemput dia untuk berangkat sekolah bersama. Mungkin sebuah awal yang bagus. Aku mengetuk pintu rumah dia perlahan namun dia telah membukanya.
“nee….. yuma??? Nande???” michi terlihat bingung.
“anoo…. Aku ingin bertanya soal pertanyaanku waktu itu….” Ucapku sedikit takut.
Kami berjalan menjahui rumah michi. Namun masih belum ada jawaban dari michi.
“michi……” aku kembali memanggil namanya.
“yuma… kamu tahu rumahku dari mana??” michi mengalihkan pembicaraan.
“chinen…. So???”
“okay….. yuma, gomen….. aku belum bisa…..”
“kenapa???”
“aku masih butuh waktu….” Ucapnya singkat.
àwaktu??? Waktu untuk melupakan yamachan???
“tapi apa tak ada kesempatan untuk mencobanya??”
“………….” Michi seakan berpikir panjang.
10 menit kemudian.
“baik lah……” ucapnya dengan senyum.
Paling tidak aku akan mencoba sabar untuk berharap dia mencintaiku.

2 minggu kemudian michi masuk rumah sakit untuk di rawat inap. Karena penyakitnya kambuh. Namun setelah melihat kembali senyum dari michi membuat aku senang. Aku dan yamachan hanya duduk terdiam di luar ruangan.
“hey yuma….kamu tak masuk?” yamada memecahkan keheningan.
“aku??” aku membalikan pertanyaan.
“iya…kenapa tidak masuk?”
“tidak apa”
“aku tahu hubungan kamu dengan michi” yamada kembali meneguk softdrink yang ada di tangannya.
“huk…huk…” aku tersedak karena mendengar perkataan yamada “eh…tidak….” Lanjut ku.
“sudah jangan berbohong, aku sudah mendengar secara langsung dari mulut michi”
“……”
“kenapa kamu diam? Mukamu memerah” yamada mengejek ku.
“okay, aku ucapkan terima kasih karena sudah menjaga rahasia tentang hubungan kami dari semua teman-teman” aku membungkukkan badan (bow) “aku juga minta maaf ya”
Yamada hanya tersenyum kecil dan menghentikan perkataan yang akan di ucapkan oleh ku.
            Hari ini michi keluar dari rumah sakit dan aku menjemput dia untuk ku ajak berjalan-jalan. Namun aku melihat wajahnya sangat murung dan gelisah.
“shinachan, kamu menangis? Ada apa?” aku menghapus tetes air mata di pipi michi.
“daijyoubu, aku hanya senang karena memiliki kekasih yang begitu pengertian kepadaku” ucap michi dengan senyum kecil.
“pagi ini begitu cerah, kamu mau langsung pulang? Atau pergi jalan-jalan?”
“aku ingin berjalan-jalan menikmati suasana kota. Aku takut…tak bisa merasakan suasana kota lagi… nantinya” suara michi melemah dan matanya kembali berkaca-kaca.
Aku mendekatkan wajahku ke arahnya dan michi mengerti apa yang akan aku lakukan “apa kamu tak keberatanmenemaniku jalan-jalan?” michi mengelihkan suasana.
“hey….. sorry” aku tahu wajahku memerah “apa yang kamu katakan. Kamu akan baik-baik saja” aku mengangkat dagu michi dan meyakinkannya.
“iya…..pasti” michi memeluk ku.
Betapa aku sangat bahagia saat ada disamping michi.
Aku dan michi pergi menuju tempat bermain dan pergi ketempat-tempat yang michi suka. Aku tahu bahwa tempat-tempat ini adalah kenangan untuk michi dan yamada. Namun ini tak membuat ku sedih karena yang aku tahu saat ini aku bahagia saat melihat senyum bahagia di wajah michi.

            Aku kaget mendengar kabar bahwa michi masuk rumah sakit karena pendarahan pada pernapasannya. Aku segera bergegas menuju rumah sakit.
“sumimasen…” ucapku sambil membuka pintu kamar.
“Yuma-chan…” wajahnya terlihat senang.
“hey…aku bawa makan siang untuk kamu”
“kita makan bareng ya….” Rona bahagia terpancar di wajah michi.
“iya….tapi aku tak biasa berlama-lama. Gomen-ne” Yuma mengeluarkan bento yang dia bawa.
“daijyoubu. Kamu pasti sibuk latihan untuk konser”
“aku senang karena punya kekesih sepertimu yang pengertian”
michi kaget dengan ucapanku.
“kenapa kamu?? Wajahmu menjadi pucat” akukembali bertanya.
“eh…anoo…umhh…daijyoubu” ucapnya sedikit gugup
Kami terus berbincang dan tak memikirkan waktu yang telah kami lalui bersama. Tak lama setelah kami selesai makan seseorang masuk ke dalam ruangan michi. Yamada datang untuk melihat keadaan michi. Dan yamada memberikan tiket konser tahun ini. Aku benar-benar tidak tahu bahwa michi selalu datang dalam konser namun aku senang karena yamada membawakannya untuk michi.

            Hari ini aku dan yang lain melaksanakan konser tahunan yang diadakan oleh jhonny E. Kami berharap konser akan berjalan dengan baik namun di pertengahan konser perasaanku sangat gelisah dan takut, tidak seperti biasanya. Benar dugaanku, aku mendapat kabar bahwa michi yang pada awalnya duduk di kursi penonton sekarang dia di larikan kerumah sakit karena mengalami pendarahan yang membuat pernapasannya terganggu. Aku meminta izin pada agency untuk pulang lebih awal, walau sangat susah aku tak menyerah. Setelah mendapatkan izin aku segera bergegas menuju rumah sakit.
Langkahku semakin cepat dan tak menghiraukan apa pun. Aku menuju sebuah ruangan dan terlihat sangat ramai. Aku mencoba bertanya apa yang terjadi namun tak ada yang bisa menjelaskan padaku. Aku melihat dari jendela dan aku rasa itu orang tua dari michi. Tak lama kemudia mereka keluar dan aku memberanikan diri untuk masuk dan mulai menyapa michi.
“hi… Yuma…. Aku malu jika kamu melihatku saat keadaanku seperti ini. Hahaha” michi menghiburku.
“gak masalah. Kamu tetap kekasih ku yang aku sayang”
“Yuma…..” suara michi melemah.
“hei… apa apa??” aku membelai rambutnya.
“anoo….gomen-ne”
“iya, aku sudah tahu. Bahkan dari raut wajah kamu dan ryosuke sudah terbaca”
“kamu kecewa??” michi kembali bertanya padaku.
“aku kecewa kenapa kamu tak jujur padaku”
“…..” michi terdiam dan menegluarkan air mata.
“michi…..jangan menangis….” aku menghapus air mata yang jatuh dipipinya.
Michi memegang erat tangan ku.
“anggap aku ryosuke jika dia tak datang…” aku mengeluarkan air mata.
“michi….” Terdengar suara yang familiar di telinga kami.
“yamada… michi jauh lebih mencintaimu dari pada aku. Dia sangat sayang terhadapmu. Kenapa kamu tak mau jujur terhadap hatimu dan hati michi?” ucapku melepaskan genggaman tangan michi.
“Aku memang tak berani pada perasaanku. Perasaan yang membuat michi terluka. Perasaan yang membuat michi jadi sedih. Perasaan yang membuat michi pilu. Perasaan yang membuat pelangi dimata michi hilang. Semua itu memang karena aku” ryosuke menangis. “gomen~ne michi”
“aku titip michi” aku meninggalkan mereka.
Ku lihat semua orang di depan kamar michi memberikan wajah sedih dan murung dan ini adalah sebuah pertanda yang tidak baik. dan aku hanya bisa menagis dalam diam. melihatmu tersenyum dan bahagia walau hanya sesaat.

Seandainya dapatku melukiskan isi hatiku untukmu.
Seandainya dapat kau merasakan lelah hatiku bila kau dengannya.
Seandainya kamu tahu apa yang aku rasakan saat ini.
Seandainya kamu tahu rasa sakit yang sangat mendalam.

Rasa sakit karena kecewa.
Rasa sakit karena terluka.
Rasa sakit karena tak bisa memiliki.
Rasa sakit karena tak terbalaskan.

Namun ku pendam rasa…
Ku hanya ingin kau bahagia…
Ya… itu hanya kalimat SEANDAINYA…

Seandainya aku bisa menggantikan posisimu saat itu.
Seandainya rasa ini tak pernah tumbuh.
Seandainya bukan kamu yang ada di hatiku.
Seandainya kamu tahu akan rasa cinta ini.

Cinta memang tak harus memiliki…
Ku hanya ingin kau bahagia…
Ya… itu hanya kalimat SEANDAINYA…

Aku kembali memandang seorang gadis yang menemaniku saat ini dan aku mulai menghentikan tulisanku.
“Selesai sudah cerita yang aku buat untuk mengenangmu. Semua itu kejadian 3 tahun lalu. Semua tulisan ini akan membuatku mengingat akan adanya dirimu dihatiku dan dihati yamada ryosuke. Mungkin aku tak pernah bisa memberimu kebahagiaan, namun yang bisa aku berikan hanyalah sebuah doa” aku menyimpan hasil ceritaku dengan judul The Day You Want Away dan mematikan notebook ku.

Kini aku hanya bisa mengenangmu dalam hati dan pikiranku. Dan aku harus mulai kembali menjalani hidupku. Aku tahu kamu sekarang melihatku dari atas sana dan lihat lah gadis yang menemani ku sekarang namanya keiko masuda. “Dia akan menggantikan posisimu dihatiku dengan perlahan” aku tersenyum “dan tahu kah kamu michi?? Sekarang yamada ryosuke membangun sebuah rumah sakit khusus untuk penderita kanker. Itu semua untuk kamu” aku kembali menundukan kepala.
“sudah…..” keiko menenangkanku.
“michi aku harus pulang”
aku dan keiko bangun dari duduk dan pergi meninggalkan makam michi.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar