Minggu, 27 Maret 2011

OS The Day You Want Away (POV Ryosuke Yamada)


I remember date and time........
Melihat kembali senyum dari sahabatnya membuat cowok itu senang. Walau cowok itu hanya melihat dari balik pintu kamar dimana gadis itu di rawat. Sebut saja Yamashina Michi, sahabat Yamada Ryosuke sejak duduk di bangku menengah pertama. Mereka begitu dekat dan akrab, bahkan tidak hanya mereka tapi keluarganya pun saling dekat.
Hari ini Yamashina kembali di kemo terapi. Kondisinya semakin membaik. Yamada dan salah satu teman sekelasnya Nakayama Yuma hanya duduk di luar dari kamar yamashina.
“hey nakayama….kamu tak masuk?” yamada memecahkan keheningan.
“aku??” nakayama membalikan pertanyaan.
“iya…kenapa tidak masuk?”
“tidak apa”
“aku tahu hubungan kamu dengan yamashina” yamada kembali meneguk softdrink yang ada di tangannya.
“huk…huk…” nakayama tersedak karena mendengar perkataan yamada “eh…tidak….” Lanjut nakajima.
“sudah jangan berbohong, aku sudah mendengar secara langsung dari mulut yamashina”
“……”
“kenapa kamu diam? Mukamu memerah” yamada mengejek nakayama.
“okay, aku ucapkan terima kasih karena sudah menjaga rahasia tentang hubungan kami dari semua teman-teman” nakajyaima membungkukkan separuh dari badannya “aku juga minta maaf ya”
Yamada hanya tersenyum kecil dan menghentikan perkataan yang akan di ucapkan nakayama.
###
Hari semakin larut. Suasana di rumah sakit semakin sepi. Aku mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar dimana nisuichi di rawat.
“jaa~” ucap ku dengan nada kecil.
“yamachan, arigato…” ucapannya terputus karena aku segera meninggalkannya.
Aku melangkah pulang menuju rumah.
Aku tahu bagaimana perasaannya saat ini. Tapi aku harus yakin kalau dia bersama nakayama akan jauh lebih baik dari pada dia bersamaku saat dahulu. Karena aku sudah begitu menyakiti hatinya. Tapi aku tidak pernah tahu mengapa dia terus memaafkan semua kesalahan yang aku lakukan kepadanya.
Semua berawal saat aku dan yamashina duduk dibangku menengah pertama. Awal ajaran baru di kelas 2 kami mulai kenal, sebagai teman. Namun perasaan teman itu berubah menjadi cinta. Aku tak tahu mengapa aku mengagumi dirinya. Semuanya di luar kendaliku. Perasaan itu terus tumbuh dan tumbuh. Semakin ku lupakan dia, semakin dia masuk kedalam lubuk hatiku.
Seorang teman yamashina berkata padaku bahwa dia sedang menyukai seorang anak laki-laki, dan katanya ini baru pertama kalinya dia jatuh cinta. Ini membuatku sedikit kecewa.
“kamu suka dengan yamashina?” ucap Airi yang tidak lain adalah sahabat yamashina sejak sekolah dasar.
“……” aku tak memberikan sepatah jawaban pun. Karena aku begitu gugup.
“hi…jawab pertanyaan ku. Apa kamu menyukai yamashina?” airi memastikan tentang perasaanku.
Seingatku saat itu aku hanya mengangguk dan tersipu malu.
“kenapa kamu tak mencoba ungkapkan saja?”
beberapa hari sejak percakapan itu aku memberanikan di ri mengatakan akan persaanku sebenarnya. Walau aku sangat takut. Tak ku duga anak laki-laki yang yamashina sukai adalah aku.
“hei niichan, dipanggil Okasan. Katanya nakayama datang” ucapan Mikha menghilangkan memori ku saat itu.
“eh….iya, suruh dia masuk kekamarku saja.” Dan aku mulai membereskan semua kenangan saat bersama michi.
Aku bisa mendengar langkah kaki yang mulai menaiki anak tangga menuju kamarku. Aku pikir tidak sekarang aku mengenang hal-hal itu.
“konbanwa….gomen-ne aku datang malam-malam kesini”
“daijyoubu…. Silahkan duduk. Ada apa?” aku mulai penasaran.
“aku hanya ingin bertanya sesuatu kepadamu. Kenapa yamashina selalu bercerita tentang kamu tiap waktu saat bersamaku? Apa dia pernah menyukaimu?”
pertanyaan nakayama membuat mataku semakin terbuka lebar.
“kenapa kamu bicara seperti itu? Kami hanya sebatas bestfriend gak lebih. Tenang saja” aku menenangkan nakayama.
”oh….gomen-ne aku punya pikiran yang tidak-tidak tentang kalian. Kalau begitu aku permisi pulang ya. Jangan lupa latihan besok” nakayama bangun dari duduknya dan keluar dari kamarku. Langkah kaki itu terdengar semakin jauh dan jauh.
Malam semakin larut. “ryosuke, tolong antarkan mikha kerumah michi” teriakan okasan dari luar kamarku begitu kencang.
Aku keluar dari kamar dan pergi menghampiri mikha.
“mau apa kamu kesana?” tanyaku sedikit bingung.
“okasan menyuruhku mengantarkan makan malam untuknya. Karena hari sudah larut malam jadi aku minta kamu yang mengantarkannya bersamaku” mikha mengedipkan kedua matanya kepadaku. “aku tahu kamu juga mau ketemu michi-nee kan??” mikha meledekku.
“eh….apa maksudmu??” mukaku memerah dan ku tarik dia keluar dari rumah.
Aku dan mikha bergegas pergi dari rumah untuk kerumah michi. Tak tahu kenapa perasaanku berubah menjadi ketakutan yang mendalam. Ku percepat langkahku menuju rumah michi dan ku tarik mikha sekuat tenagaku.
“ada apa niichan? Jangan terlalu cepat. Aku lelah” mikha merengek.
“sudah aku punya perasaan tak enak sekarang”
sesampainya dirumah michi ..
“eh niichan, apa michi sudah tidur?? Rumahnya begitu gelap” mikha mulai mengetok pintu depan rumahnya.
“michi….michi….” aku terus berteriak memanggil namanya.
“telephone sekarang” mikha membentakku.
Aku mulai menelphone michi namun tak ada jawaban.
“tak di angkat. Aku harus melakukan sesuatu”
aku membuka paksa pintu rumah michi. Saat terbuka mikha segera menuju kamar michi, sementara aku pergi mencari michi di seisi rumah. Aku sangat terkaget saat melihat tubuh michi tergeletak didepan pintu kamar mandi dengan darah yang keluar dari hidung.
“mikha……. Telephone rumah sakit. Bilang michi akan segera dibawa ke sana. Dan kabari okasan” aku teriak dan aku menggendong michi menuju rumah sakit.
3 hari sudah michi berbaring dirumah sakit. Keadaannya tak kunjung membaik. Sementara acara konser tahunan yang diadakan jhonny entertain akan segera dimulai dalam hitungan hari.
“yo~ yamachan, konser ini kamu dapat solo lagi. Sugoi~ ” ucap chinen menghancurkan lamunan ryosuke.
“iya, aku sedang membuat lirik yang menyentuh. Mungkin akan minta tolong keito agar membuat musik pengiring menggunakan gitarnya”
“pasti lagunya untuk mi…” aku segera menutup mulutnya menggunakan tanganku.
“jangan asal bicara kamu” aku memastikan agar keadaan benar-benar aman.
“gomen~ne yamachan, aku gak bermaksud” chinen menundukan kepalanya.
“daijyoubu” aku kembali menulis lirik lagu.
“anoo~ yamachan, apa dia akan datang untuk menonton konser kali ini?? Seperti tahun-tahun sebelum…nya?” nada suara chinen mengecil.
“pasti…. Seperti biasa aku sudah membelikan tiket limited edition buat dia”
“aku senang mendengarnya”
aku segera pergi kerumah sakit untuk menemui michi, namun tak kuduga nakayama sudah menemani michi. Kuberanikan diri untuk masuk kedalam ruangan kamar michi karena aku ingin memberikan tiket konser ini.
“michi…..sudah sehatan??” aku berjalan mendekati michi dan nakayama.
“un~ arigato…”
“ini… aku hanya mau mengantarkan tiket ini. Seperti biasa kamu pasti mau datang kan?” tanyaku penuh harap.
“tentu saja, michi pasti datang. Karena dia ingin melihat penampilan aku” nakayama menyela pembicaraan. “aku sampai lupa membawakan tiket untukmu, untung saja ada yamada. Arigato…” lanjut nakayama.
“douita…” mukaku sekarang mungkin sedikit kesal. “anooo…. Aku pulang dulu ya. Cepat sembuh ya michi. Agar bisa datang ke konser itu”
aku pergi menjauh meninggalkan ruang kamar michi dengan langkah berat.
Suara tepuk tangan penonton membuat aku sedikit gugup. Menurutku tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. Mungkin karena tahun ini aku menyanyikan lagu ciptaanku. Ryuutaro kembali kebelakang panggung setelah menyanyikan lagu solonya.
“giliranmu yamachan…” ryuutaro memberiku semangat.
“ganbatte yamachan….” Suara member yang lain menyemangatiku juga.
Alunan gitar akustik dari keito membuat aku harus menaiki panggung sekarang. Perlahan aku membuka mulutku untuk memberikan kata sambutan.
“minnasan….arigato….” suara tepuk tangan membuat aku semakin semangat.
Dicintai oleh dirimu, bagai lukisan indah disore hari…
Setiap kali aku sedang bersedih, kau selalu datang menghiburku…
Setiap aku berjalan sendirian, kau selalu ada dibelakangku…
Walau pun kadang kusakiti dirimu, kau diam dan tetap mendampingiku…
“Agar datanglah” sesuatu pada diriku
“agar nanti kau” mampu melakukannya
Pasti akan ku balas, semua kebaikanmu…
Pasti akan selalu, ku lindungi dirimu…
Tetapi kenapa?? Tapi kenapa??
Tak perah bisa kulakukan semua…
Aku sejenak menundukan kepala. Air mataku mulai jatuh. Berharap sesorang yang kuharapkan bisa mendengar lagu ini.
Aku berlari kebelakang panggung untuk menghilangkan tetes air mata ini. Berharap tak ada yang melihat. Namun dugaanku salah. Yabu melihat kesedihanku.
“ne…yamachan, pergilah menemui dia. Setelah kamu menyanyi dia baru saja kembali pergi kerumah sakit.” Bisik yabu kepadaku.
“mungkin setelah konser ini selesai aku akan segera menemuinya” aku mengusap air mata yang jatuh.
“kamu memang cengeng yamachan.” Suara keito mengagetkan ku.
“arigato keito, alunan gitarmu yang membuat laguku indah”
Konser hari ini telah selesai. Aku bergegas lari menuju rumah sakit. Langkahku semakin pasti. Sesampainya di rumah sakit, aku menuju ruangan tempat michi dirawat. Kulihat kedua orang tua michi ada di depan kamar michi. Aku sangat bahagia melihatnya, dan mungkin kebahagiaan michi jauh lebih dalam dari kebahagiaan ku.
Tak hanya orang tua michi, namun….ku perjelas lagi penglihatanku didepan kamar michi ada okasan dan mikha?? Apa yang terjadi?? Langkahku semakin berat terasa. Entah apa yang terjadi pada kaki ku saat ini. Perasaanku semakin tak karuan.
“ryosuke….” Mata mikha meneteskan air.
“nande??” aku bingung dengan keadaan ini. “dimana michi?? Apa dia sedang kemo terapi lagi?? Ada apa dengan kalian?? Berikan aku jawaban” aku mulai kehilangan kendali.
“…..” tak ada yang memberi jawaban satupun kepadaku.
Aku bergegas masuk kedalam ruangan michi. Ku langkahkan kaki menuju tubuh yang sedang terbaring itu. Nakayama berada di sampingnya. Ku lihat wajah michi, jauh lebih pucat dari sebelumnya. Bola matanya tak lagi seperti dulu.
“michi….” Ucapku perlahan.
“yamada… michi jauh lebih mencintaimu dari pada aku. Dia sangat sayang terhadapmu. Kenapa kamu tak mau jujur terhadap hatimu dan hati michi?” perkataan nakayama membuat aku terkaget.
“Aku memang tak berani pada perasaanku. Perasaan yang membuat michi terluka. Perasaan yang membuat michi jadi sedih. Perasaan yang membuat michi pilu. Perasaan yang membuat pelangi dimata michi hilang. Semua itu memang karena aku” aku kembali meneteskan air mata. “gomen~ne michi”
nakayama meninggalkan aku dan michi di dalam ruangan.
“ryo…suke….lagumu begitu menyentuh hatiku” ucap michi dengan nada kecil dan senyumnya.
“apa kamu suka?” tanyaku.
“bisa kamu nyanyikan lagu itu satu kali lagi untuk ku??” michi menggenggam tanganku begitu erat.
“tidak hanya sekali, setiap kamu memintanya akan aku nyanyikan lagu itu untukmu. Karena lagu itu kubuat untuk mu”
“nyanyikan….” Air mata michi menetes.
Aku mulai menyanyikan lagu yang diminta michi saat itu juga “Dicintai oleh dirimu, bagai lukisan indah disore hari…hikz…hikz…hikz…Setiap kali aku sedang bersedih, kau selalu datang menghiburku…” air mataku tak bisa ku tahan lagi.
“lanjutkan ryosuke….” Air mata michi jatuh membasahi tangan ku yang digenggam di dekat pipinya.
Pasti akan selalu, ku lindungi dirimu…Tetapi kenapa?? Tapi kenapa??Tak perah bisa kulakukan semua…” aku berhenti menyanyikan lagu itu tepat pada saat michi menutup kedua matanya dan menghembuskan nafas terakhirnya. “baka~ aku benar-benar tidak bisa melindungi dirimu. Bahkan sampai saat ini. Michi…aku mohon ucapkan 1 kalimat itu… kalimat yang ingin aku dengar selama ini” tetes air mataku, iringi langkahmu disaat kita berpisah. “I Love You MICHI
Hari semakin panas. Tak sanggup aku melihat michi yang hanya TERDIAM SEPI.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar