You can change your life (if you wanna) .. You can change your clothes (if you wanna) .. You can change your mind ..
Perubahan pada diriku semakin jauh dan jauh. Saat aku harus berpisah dengan yamada itu merupakan suatu keputusan yang sangat aku tak inginkan. Namun karena yamada yang semakin tidak peduli kepadaku itu membuat aku mengambil keputusan ini. Walau kami sudah pisah 2 tahun lamanya. Namun perasaan cintaku ini tak pernah bisa ku bendung.
Pada saat bersama Nakayama Yuma pun aku terus bercerita tentang yamada. Padahal nakayama adalah kekasihku sejak di sekolah menengah atas. Hampir 1 tahun aku menjadi kekasihnya, tetapi aku belum bisa menghilangkan rasa sayangku kepada yamada. Apa yamada tidak mau menangisi kehilanganku? Karena dia tahu masalah penyakitku ini. Itu yang selalu ada di pikiranku. Andai dia tahu, aku bertahan untuk dia. Sudah hampir setengah tahun aku berjuang dengan penyakit ini, sejak dokter memfonisku bahwa penyakitku sudah stadium 4. Dan aku mau dia bisa merasakan rasa sayangku ini.
“shinachan, kamu menangis? Ada apa?” nakayama menghapus tetes air mata di pipiku.
“daijyoubu, aku hanya senang karena memiliki kekasih yang begitu pengertian kepadaku” ucapku dengan senyum kecil. Dan aku kembali membohongi perasaanku dan membohongi nakayama.
“pagi ini begitu cerah, kamu mau langsung pulang? Atau pergi jalan-jalan?”
“aku ingin berjalan-jalan menikmati suasana kota. Aku takut…tak bisa merasakan suasana kota lagi… nantinya” suaraku melemah dan mataku kembali berkaca-kaca.
Nakayama mendekatkan wajahnya ke arahku dan aku mengerti apa yang akan dilakukannya “apa kamu tak keberatanmenemaniku jalan-jalan?” aku mengelihkannya.
“hey….. sorry” mukanya memerah “apa yang kamu katakana. Kamu akan baik-baik saja” dia mengangkat daguku dan meyakinkanku.
“iya…..pasti”aku memeluk tubuhnya, dan yang aku tahu aku tak mencintainya.
Kami berdua pergi berjalan-jalan. Menuju taman bermain, mall dan cinema. Semua tempat itu pernah ku kunjungi bersama yamada. Tepatnya pada tanggal dan bulan ini. February 25, hari dimana kami mengikat rasa sayang dulu. Aku bahkan tak mau tahu bagaimana jika nakayama tahu akan hal yang aku sembunyikan ini. Mungkin tak hanya nakayama, semua teman-teman dikelas.
Aku terkadang begitu sedih jika melihat yamada dekat dengan gadis lain dikelas. Mungkin aku sedikit egois, tapi perasaanku tak bisa ku bohongi. Walau nakayama selalu ada untuku, setiap waktu tapi itu tak menghiburku.
Nakayama mengantarkan aku pulang kerumah seperti hari-hari biasanya setelah aku dari rumah sakit. Memang seperti ini keadaannya. Kedua orang tua harus bekerja banting tulang hanya untuk membuat aku ada sampai saat ini. Tak heran jika orang tua dari yamada selalu merawatku, karena mama sudah menitipkanku agar aku bisa dirawat oleh keluarga yamada. Namun aku menolak jika diajak tinggal dirumah keluarga yamada.
“terimakasih untuk hari ini.”
“besok pagi aku akan kembali menjemputmu untuk kesekolah. Jangan lupa minum obatmu dan istirahat lah.” Kata-kata itu selalu nakayama ucapkan tiap hari. Dari telephone atau pun dari pesan.
Aku hanya tersenyum dan masuk kedalam rumah.
Aku pergi kekamar untuk beristirahat namun aku terbangun karena tenggorokanku terasa kering. Aku pergi menuju dapur, Saat menuruni anak tangga tubuhku semakin lemah dan berat. Hidungku kembali mengeluarkan darah. Tapi aku tak begitu panik, karena kejadian ini sudah sering ku alami. “Tinggal menunggu beberapa menit saja pasti darahnya akan berhenti” pikirku. Aku pergi kekamar mandi untuk membersihkannya. Tapi tak seperti biasanya darah ini terus keluar dan membuat kedua tanganku penuh dengan darah ditambah pernafasanku semakin sesak. Aku mulai kehilangan kesadaran, tapi aku tetap berusaha berjalan keluar kamar mandi untuk meraih telephone. Tetapi aku tak dapat melakukannya.
###
Aku mencium sesuatu yang ku tau. “rumah sakit” pekik ku. Perlahan ku buka mataku dan melihat sekelilingku.
“ryosuke…..”
“hi…kamu sudah sadar. Tenang , kamu baik-baik saja kok” ryosuke berusaha menengkanku.
“apa yang terjadi…seingatku….”
“jangan mengingat apa-apa” ryosuke memotong pembicaraanku.
aku mulai berani menatap mata tajamnya.
“aku harus pergi latihan untuk konser. Nanti sore aku akan kembali kesini. Jaga dirimu” ryosuke meninggalkan aku pergi.
Aku terlalu bosan tinggal di ruangan ini. Namun jika aku keluar pasti aku akan kena marah dokter.
“sumimasen…” aku sontak melihat kearah suara.
“Yuma-chan…” aku sedikit sanang.
“hey…aku bawa makan siang untuk kamu”
“kita makan bareng ya….” Rona bahagia terpancar di wajahku.
“iya….tapi aku tak bias berlama-lama. Gomen-ne” Yuma mengeluarkan bento yang dia bawa.
“daijyoubu. Kamu pasti sibuk latihan untuk konser”
“aku senang karna biasa punya kekesih sepertimu yang pengertian”
Aku kaget dan sangat sedih mendengarnya.
“kenapa kamu?? Wajahmu menjadi pucat” Yuma kembali bertanya.
“eh…anoo…umhh…daijyoubu” aku sedikit gugup”
Kami terus berbincang dan tak memikirkan watu yang telah kami lalui bersama.
“michi…..sudah sehatan??” ryosuke berjalan mendekati aku dan Yuma.
“un~ arigato…”
“ini… aku hanya mau mengantarkan tiket ini. Seperti biasa kamu pasti mau datang kan?” ryosuke bertanya seakan dia mengancamku untuk datang.
“tentu saja, michi pasti datang. Karena dia ingin melihat penampilan aku” Yuma menyela pembicaraan ku dan ryosuke. “aku sampai lupa membawakan tiket untukmu, untung saja ada yamada. Arigato…” lanjut yuma.
“douita…”rawut wajah ryosuke sedikit berubah “anooo…. Aku pulang dulu ya. Cepat sembuh ya michi. Agar bisa datang ke konser besok” ryosuke kembali meninggalkan aku dan Yuma.
Ingin rasa aku menahan dirinya agar tetap bersamaku saat ini….
Hari ini adalah hari dimana Yuma dan ryosuke konser tahunan. Aku kembali meminta izin kepada dokter untuk keluar dari rumah sakit. Dan dokter mengizinkannya.
Aku di damping oleh suster karena dokter takut terjadi apa-apa denganku.
Suasana di lokasi konser mereka sangat riwuh sekali. Bahkan aku susah untuk melihat karena aku duduk di kursi roda. Betapa sedihnya aku, tapi tempat yang di berikan ryosuke kepadaku sangat strategis, entah kenapa…..
“shina, apa kamu gak masalah jika di keramaian ini?” suster memastikan keadaanku.
“un…aku senang…” aku memberikan senyum yang sangat bahagia.
Beberapa lagu yang dinyanyikan oleh seluruh persoil membuat aku terhibur. Kepalaku mulai merasakan pusing yang mengila. Namun aku menahan sekuat tenagaku, aku tak mau pulang dan mengecewakan ryosuke.
“ryosuke tampil….” Suster berbisik padaku.
“minnasan….arigato….” suara ryosuke membuat aku kembali tersenyum dan meninggalkan rasa pusing itu.
Dicintai oleh dirimu, bagai lukisan indah disore hari…
Setiap kali aku sedang bersedih, kau selalu datang menghiburku…
Setiap aku berjalan sendirian, kau selalu ada dibelakangku…
Walau pun kadang kusakiti dirimu, kau diam dan tetap mendampingiku…
“Agar datanglah” sesuatu pada diriku
“agar nanti kau” mampu melakukannya
Pasti akan ku balas, semua kebaikanmu…
Pasti akan selalu, ku lindungi dirimu…
Tetapi kenapa?? Tapi kenapa??
Tak perah bisa kulakukan semua…
Hati ku sontak mendengar setiap butir kata yang keluar dari mulut ryosuke. Mataku mulai basah dengan dengan air mata yang turun.
“hei…hidungmu mengeluarkan darah…”salah seorang pengunjung yang lain memberitahu padaku.
“eh…shina ayok kita pulang..”suster mendorong kursi rodaku keluar dari keramaian.
“tapi…..” suster dengan segera mendorong semakin cepat.
Aku melihat kota dari kejauhan memandangiku. Aku harap dia tak memberi tahukan keadaanku saat ini kepada ryosuke.
Betapa senangnya hatiku saat melihat kedua orang tuaku ada di sisiku saat ini. Aku salah satu anak yang beruntung karena memiliki orang tua yang tak pernah letih merawatku dan memebesarkanku hingga saat ini.
“wajahmu pucat nak…” ucap papa sambil tersenyum. Aku tahu papa menahan air mana yang ingin membasahi pipinya.
“hahaha…iya, aku tidak seperti dulu ya ma…” aku minta pendapat kepada mama.
“kamu tetap putri cantik kami sayang…”
“mama, papa….” Aku terdiam.
“ada apa??” papa sedikit panik.
“jika aku pergi…. Jangan sedih ya….” Aku member senyum kecil kepada mereka.
“tenang sayang, kamu akan baik-baik saja. Tak usah kawatir.” Ucap mama dan mencium keningku.
Namun mama pergi meninggalkan aku dan papa.
“michi… jika kamu ingin pergi….. pergi lah nak….. papa dan mama akan ikhlas menerimanya…” ku lihat air mata papa mulai turun.
“papa… michi saying mama dan papa” aku mulai kehilangan saraku sedikit demi sedikit.
“papa juga… Yuma datang ingin menemuimu… ucapkan apa yang ingin kamu ucapkan nak…” papa pergi dengan memberikan ciuman ke kedua pipiku.
Andai mereka tahu apa yang aku rasakan saat ini. Aku tak mau pisah dari mereka semua.
“hi… Yuma…. Aku malu jika kamu melihatku saat keadaanku seperti ini. Hahaha” aku menghibur dirinya. Kulihat wajahnya begitu sedih.
“gak masalah. Kamu tetap kekesih ku yang aku sayang”
“Yuma…..” suara ku melemah.
“hei… apa apa??” Yuma membelai rambutku.
“anoo….gomen-ne”
“iya, aku sudah tahu. Bahkan dari raut wajah kamu dan ryosuke sudah terbaca” Yuma tak marah kepadaku.
“kamu kecewa??” aku kembali bertanya padanya.
“aku kecewa kenapa kamu tak jujur padaku” aku melihat wajahnya seakan benar-benar kecewa.
“…..” aku terdiam dan menegluarkan air mata.
“michi…..jangan menangis….” Yuma menghapus air mata yang jatuh dipipiku.
Ku pegang erat tangan Yuma. Tak ingin ku lepaskan.
“anggap aku ryosuke jika dia tak datang…” Yuma mengeluarkan air mata. Dan aku hanya biasa menagis.
“michi….” Ryosuke datang.
“yamada… michi jauh lebih mencintaimu dari pada aku. Dia sangat sayang terhadapmu. Kenapa kamu tak mau jujur terhadap hatimu dan hati michi?” ucap Yuma bangun dari duduknya.
“Aku memang tak berani pada perasaanku. Perasaan yang membuat michi terluka. Perasaan yang membuat michi jadi sedih. Perasaan yang membuat michi pilu. Perasaan yang membuat pelangi dimata michi hilang. Semua itu memang karena aku” ryosuke menangis. “gomen~ne michi”
“aku titip michi” Yuma meninggalkan kami berdua.
“ryo…suke….lagumu begitu menyentuh hatiku” aku berusaha menghiburnya.
“apa kamu suka?” ryosuke bertanya.
“bisa kamu nyanyikan lagu itu satu kali lagi untuk ku??” aku kembali menggenggam tangannya.
“tidak hanya sekali, setiap kamu memintanya akan aku nyanyikan lagu itu untukmu. Karena lagu itu kubuat untuk mu”
“nyanyikan….” Air mataku kembali menetes.
ryosuke mulai menyanyikan lagu yang kuminta saat itu juga “Dicintai oleh dirimu, bagai lukisan indah disore hari…hikz…hikz…hikz…Setiap kali aku sedang bersedih, kau selalu datang menghiburku…” air mataku tak bisa ku tahan lagi.
“lanjutkan ryosuke….” Air mata ku jatuh membasahi tangan ryosuke. “Pasti akan selalu, ku lindungi dirimu…Tetapi kenapa?? Tapi kenapa??Tak perah bisa kulakukan semua…”
“ryo…..I Really Love You…….” Suara ku mengekecil dan mataku mulai buram. Munkin ryosuke tak mendengarnya. Aku melihat kakek ada di pojok kamarku dan mengajakku pergi.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar